FEATURE

Mikael Jasin, dari Cuci Piring Sampai Jadi Juara Dunia Barista

Raka Lestari
Minggu 24 November 2019 / 15:16

Jakarta: Kopi bukan hanya sebagai minuman atau salah satu pelengkap gaya hidup, tetapi untuk bisa menyajikan satu cangkir kopi berkualitas dibutuhkan banyak tangan-tangan sampai kopi tersebut tersaji sempurna. 

Salah satunya adalah bagi Mikael Jasin, Juara Indonesia Barista Championship 2019 sekaligus peraih peringkat empat World Barista Championship di tahun yang sama. Bagi Mikael, kopi juga menjadi agent of change bagi sekitarnya.

Awal mula memiliki passion terhadap kopi 

Pada tahun 2012 lalu ketika dirinya sedang menyelesaikan studi di Melbourne, Australia, Mikael juga memiliki kerja sampingan atau part time. 

“Jadi itu pertama kali saya bekerja di industri hospitality, bukan kopi bahkan. Sebelumnya saya memang sudah bekerja part time, tetapi di bidang retail,” katanya pada Medcom.id saat ditemui di Common Grounds Coffe Roasters di City Walk, Jakarta.

(Micky saat beradu talenta di ajang World Barista Championship. Foto: Dok. Instagram Mikael Jasin/@mikaeljasin)

Setelah beberapa lama bekerja di bidang retail, Mikael merasa bosan. Dan karena di Melbourne cukup banyak tersebar kafe-kafe, akhirnya Mikael memilih untuk bekerja di kafe dengan harapan suatu saat bisa membuat kopi. 

“Pada awalnya saya menjadi tukang cuci piring dulu, kemudian sempat di kitchen, lama-kelamaan baru kemudian diajari untuk membuat kopi.” Sejak saat itulah, Mikael terus menekuni dunia kopi sampai saat ini.

Menjadi seorang dishwasher atau pencuci piring membuat Mikael merasa sedikit jenuh, namun ia menyadari bahwa hal tersebut memang harus dilalui sebagai bagian dari proses dalam membuat kopi itu sendiri. 

“Saya kan bukan berasal dari sekolah hospitality, jadi saya mengerti kalau memang harus dari bawah terlebih dahulu. Jadi mau langsung ke tingkat yang tinggi pun tidak bisa. Apalagi kalau barista tidak ada sekolah yang benar-benar sekolahan seperti itu.”

Kenapa tertarik dengan kopi? 

“Saya selalu bilang kalau kopi itu sebagai agent of change, maksudnya dia punya power buat merubah hidup atau menyentuh hidup seseorang,” tutur lelaki yang saat ini juga bekerja sebagai Marketing & Coffee Quality Manager di Common Grounds Coffe Roasters di Jakarta. 

“Jadi itu bisa sesimpel dari costumer kita yang ngantuk, atau capek, dan setelah minum kopi jadi kembali merasa energize dan bersemangat. Dan untuk para coffee professional atau barista, roaster, dan yang lainnya itu bisa juga menjadi sumber kehidupan atau penghasilan,” papar lelaki tampan ini.

“Yang paling terasa adalah agent of change di bidang pertanian. Jadi yang tadinya petani biasa, terus karena kopinya laku sehingga perekonomian dan kehidupannya pun menjadi lebih baik," ungkap Micky (panggilan akrab Mikael).

"Anak-anaknya bisa disekolahkan dengan baik. Nah, yang membuat saya passionate dengan kopi sih itu. Saya melihatnya kopi bisa menyentuh hidup orang di mana saja dan levelnya beda-beda. Tidak banyak komoditas yang punya efek seperti itu untuk setiap orang,” tambahnya lagi.

 

 

View this post on Instagram

Also thanks to the CG big boys for their wisdom & guidance. The CG roastery team, my teammates, judges and fellow competitors for always pushing each other’s limits and making Indonesian coffee scene a better one. Shoutout to @idcoffeeevents for yet another successful event (now with live feed too


(tin)

MOST SEARCH