FEATURE
Si Bule yang Belajar Budaya Indonesia lewat Makanan
Jakarta: Ada yang menarik dari Instagram dengan nama akun @Masak2dengannick. Akun Instagram berisi serangkaian video mengenai tata cara memasak makanan taradisional Indonesia.
Uniknya, Instagram itu dimiliki seorang warga Australia bernama Nicholas Molodysky. Tak hanya makanannya saja yang beraroma nusantara, seluruh konten video pula disajikan lewat bahasa Indonesia.
Tim Medcom.id berkesempatan berbincang-bincang dengan pria yang karib disapa Nick itu. Kepada Medcom.id, Nick bersedia berbicara panjang lebar membahas konten instagram yang dia miliki, kehidupan, hingga kecintaannya terhadap bumi pertiwi.
Mengenal Nick
Nick mengaku mulai jatuh hati pada Indonesia sewaktu duduk di bangku kelas 5 SD. Saat itu dirinya mengambil kelas Bahasa Indonesia. Di kelas tersebut dia juga mendapatkan segala hal yang menganut unsur Indonesia.
“Di kelas suka ada tutorial masak kerupuk terus juga ada beberapa kali ada guru datang dan jelasin gado-gado itu apa,” kenang dia.
Pelajaran itu mulai membuat Nick tahu banyak soal Indonesia. Hal ini termasuk pengetahuan terkait makanan nusantara yang bervariasi. Ia mulai tertarik dan ketagihan memelajari Indonesia lebih dalam.
Tapi yang paling dia suka dari budaya Indonesia adalah budaya kulinernya. Saking cintanya pada dunia masakan, dia coba-coba memasak makanan khas Indonesia secara otodidak.
“Saya jadi senang banget dengan budaya dan makanannya sendiri. Tambah lagi semuanya rasanya enak jadi ya lanjut dari situ deh,” ucap Nick sembari tertawa.
(Nick menggendong Zoe, putrinya di depan gerobak ketupat tahu. Foto: Dok. Nicholas Molodysky/Instagram @masak2dengannick)
Kecintaan pada budaya Indonesia melekat hingga dewasa. Memasuki masa jenjang strata pertama perkuliahan, Nick mengambil pendidikan Indonesian Studies di University of Sydney (USYD), Australia.
Praktik kuliah tampaknya tidak hanya dipelajari secara teori saja. Nick mempraktikannya dengan berjualan kue basah asli Indonesia sambil kuliah. Peminatnya cukup banyak. Di sana dia punya pelanggan tetap yang berasal dari komunitas yang beranggotakan orang-orang Indonesia.
“Sebelumnya saya cuma suka makan. Lalu saya lihat belum ada yang jualan kue basah, jadi saya jual ke komunitas Indonesia di Sydney. Saya jual kue pepe, kue talam, lemper, dan sebagainya,” ujar dia.
Mendalami masakan Indonesia
Meski sempat berubah haluan. Dia tetap kecantol dengan segala unsur yang berbau Indonesia. Buktinya usai menyelesaikan pendidikan master di bidang public relations di University of Sydney, kecintaannya pada dunia kuliner Indonesia tak bisa dibohongi. Kian menjadi-jadi.
Ditambah lagi Nick mendapatkan jalan mulus. Tidak ada yang melarang. Keluarganya mendukung jalan yang ia tempuh. Saking mulusnya, dia sampai menelurkan buku yang seluruhnya terkait dengan Indonesia.
“Sudah terbitin dua buku,” ujar Nick malu-malu.
Buku pertama merupakan buku tentang ‘Bahasa Gaul’ Indonesia. Dia mengatakan, tema tersebut diangkat lantaran orang-orang Australia hanya diajarkan bahasa Indonesia baku.
“Karena dulu waktu belajar Bahasa Indonesia gak ada yang ajarin Bahasa Gaul, terbit tahun 2012. Buku kedua bentar lagi terbit,” beber dia.
Sementara itu, dia juga tengah menunggu persiapan penerbitan buku kedua. Katanya buku yang dia garap selama dua tahun ini mengenai resep jajanan pasar Indonesia.
(Salah satu buku yang Nick hasilkan. Foto: Dok. Nicholas Molodysky/Instagram @masak2dengannick)
“Kalau buku masak kedua ini tentang budaya Tionghoa-Indonesia dan kulinernya. Pokoknya yang penting masakan daerah itu dilestariin gitu loh,” ucap dia.
Nick mengaku tertarik dengan kuliner yang berfokus pada jajanan pasar klasik. Dia bilang ini merupakan cara belajar dan melestarikan budaya dengan metode yang menyenangkan. Belajar melestarikan budaya lewat makanan.
Apalagi saat ini, menurut Nick, sudah jarang anak muda memasak makanan khas Indonesia. Dia khawatir lambat-laun hal itu menjadi punah. Apalagi jika tidak dilestarikan dengan baik.
“Menurut saya jajanan adalah sejenis budaya tradisional di Indonesia yang cara masaknya sekarang ini semakin lama semakin langka. Biasa cuma ibu-ibu aja yang bisa masak, jarang ada yang seumuran kita yang bisa masak. Jadi aku pengen bikin resep jajan pasar kekinian biar kaum muda bias lebih tertarik dan mau melestarikan budayanya,” katanya.
Menyalurkan hobi
Nick juga rutin menyalurkan hobi memasak makanan tradisional Indonesia ke akun Instagram dan YouTube. Setiap minggu dia bisa bikin konten video sampai dua kali.
Dalam setiap konten yang diberikan, Nick selalu menggunakan bahasa Indonesia. Alasannya, Nick terbiasa menggunakan bahasa tersebut di lingkungan tempat tinggalnya. Dia juga menikahi Karina, istrinya yang merupakan orang asli Indonesia.
“Di rumah sama istri kami pakai Bahasa Indonesia, teman baikku orang Indonesia semua dan anakku Bahasa pertamanya Bahasa Indonesia,” Nick mengatakan.
(Nick bersama istrinya, Karina dan Zoe sang anak ketika Zoe berulang tahun. Foto: Dok. Nicholas Molodysky/Instagram @masak2dengannick)
Dia menampik jika tujuan bahasa Indonesia digunakan untuk meningkatkan popularitas. Sebab tujuannya hanya ingin menyalurkan hobi memasak sambil melestarikan budaya Indonesia.
“Saya enggak pernah ada niat mau jadi vlogger bule yang bisa Bahasa Indonesia. Soalnya konten yang difokuskan adalah makanan, bukan aku sendiri. Tapi, dengan itu, aku tahu kalau orang juga pasti nonton karena aku bule, tapi itu gak pernah jadi tujuannya,” ungkapnya.
Tantangan
Meskipun banyak yang dukung, bukan berarti jalan Nick mulus-mulus saja. Banyak tantangan yang dia rasakan saat membikin konten kuliner. Kesulitan paling sering dialami dalam mendapatkan bahan-bahan makanan nusantara di Australia.
“Karena semuanya dimasak di Australia bahan sih yang paling susah ditemukan,” kata Nick.
A post shared by Nick Molodysky (@masak2dengannick) on Nov 4, 2019 at 2:34am PST
(Nick dan si kecil Zoe, saat sedang memasak candil. Foto: Dok. Nicholas Molodysky/Instagram @masak2dengannick)
Keterbatasan bahan di Australia kadang bikin Nick mengaku kesulitan membuat konten video masakan-masakan. Paling sering dia rasakan ketika memasak kue basah seperti bolu. Jadinya, keterbatasan bahan makanan bikin hasil rasa masakan Nick tidak otentik.
“Jadi mungkin hasilnya enggak bakal 100 persen sama,” sambung dia.
Sementara itu, masakan yang jadi favorit Nick untuk dimasak adalah gorengan. Selain memasaknya terbilang mudah, variasi makanan ini cukup banyak referensinya. Gorengan juga dianggap cocok untuk lidah keluarga dan teman-teman Nick di Australia.
“Biasa istri saya yang icipin semuanya dan makan semuanya, dan suka bahas sama teman-teman,” akuinya.
Belajar dari Nick
Nick mengaku akan terus menyalurkan hobinya memasak makanan tradisional khas Indonesia. Dia kekeuh ini merupakan salah satu cara terbaik dalam melestarikan budaya Indonesia.
“Budaya tradisional di Indonesia masih kental banget, dan itu sesuatu yang enggak ada di Australia,” ujarnya.
Dia juga mengaku sering berinteraksi dengan orang-orang Indonesia di Instagram miliknya. Menurutnya, interaksi tersebut penting untuk saling berbagi ilmu.
“Interaksi bukan supaya ramai saja atau ngejar follower. Menurut saya ilmu itu justru didapatkan lewat komunikasi dengan orang baru,” terang Nick.
Nick juga berpesan terhadap anak-anak muda Indonesia agar tetap memiliki kecintaan terhadap budaya tradisional Indonesia. Dia bilang, kehidupan modern bukan serta-merta meninggalkan hal-hal yang berbau tradisional.
Hal ini termasuk dalam dunia tata boga. Katanya, meski bisnis kuliner modern kian melejit, bukan serta merta melupakan masakan tradisional. Katanya masakan tradisional tetap menjanjikan. Asalkan dikreasikan dengan hal-hal yang unik dan memantik selera.
“Memang akan agak sedikit lebih susah dibandingkan dengan masak yang trendi dan kekinian. Tapi pasti ujung-ujungnya bakal jatuh cinta sama yang tradisional. Pokoke harus sabar aja dan mencintai segala hal yang tradisional!” tandas pria berusia 27 tahun itu.
(tin)